BLOG SASTRA

You may enter your Blogger Username and Password here to login.


Thanks to Anang

Ditilang Polisi , dan Polisi itu temenku


Dari kejauhan, lampu lalu-lintas
di perempatan itu masih menyala hijau. Jono segera menekan pedal gas
kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup
padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di
depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap
semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu
merah menyala.Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku
tak punya kesempatan untuk menginjak rem men dadak," pikirnya sambil terus
melaju.

Prit! Prit!



Di seberang jalan seorang polisi
melambaikan tangan memintanya berhenti. Jono menepikan kendaraan agak menjauh
sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu.
Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bobi, teman
mainnya semasa SMA dulu.
Hati Jono agak lega.
Ia melompat keluar sambil
membuka kedua lengannya.
"Hai, Bob. Senang sekali
ketemu kamu lagi!"
"Hai, Jon." Tanpa
senyum.
"Duh, sepertinya saya kena
tilang nih? Saya memang agak buru-buru.
Istri saya sedang menunggu di
rumah."
"Oh ya?"
Tampaknya Bobi agak ragu. Nah,
bagus kalau begitu.

"Bob, hari ini istriku
ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku
tidak boleh terlambat, dong."
"Saya mengerti. Tapi,
sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan
ini."

Oooo, sepertinya tidak sesuai
dengan harapan. Jono harus ganti strategi.

"Jadi, kamu hendak
menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat
lampu kuning masih menyala."

Aha, terkadang berdusta sedikit
bisa memperlancar keadaan.

"Ayo dong Jon. Kami
melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu."

Dengan ketus Jono menyerahkan
SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi
menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca
jendela. Jono memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa.Dibukanya kaca jendela
itu sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup untuk
memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya. Jono
mengambil surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela. Tapi,
hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak
menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jono membuka
dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

"Halo Jono, Tahukah kamu
Jon, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal
tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum
penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga
anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus
berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat
kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya.
Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jon. Doakan agar permohonan kami terkabulkan.
Berhati-hatilah. (Salam, Bobi)".

Jono terhenyak. Ia segera keluar
dari kendaraan mencari Bobi. Namun, Bobi sudah meninggalkan pos jaganya entah
ke mana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu
sambil berharap kesalahannya dimaafkan... ....
Tak selamanya pengertian kita
harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari
duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.


Drive Safely Guys..

1 comments:

BKRS said...

Nice post, aku merinding...

Post a Comment

GuestBook

What Time Is It ?

Powered By Blogger

tutorial ilmu grafis indonesia

My Blog STATS!!!!

ShoutBox !

Radio On Air